RIYADH -- Empat remaja ini tergolong bukan warga biasa. Mereka kukuh pada idealismenya sebagai pemain musik. Tak tanggung-tanggung, di negara ultrakonservatif Arab Saudi, mereka berani mengusung aliran musik cadas alias rock! Apalagi personelnya cewek semua.Bernaung di bawah bendera “the Accolade”, mereka percaya diri membawakan musik-musik menghentak. Pertama dalam sejarah permusikan negara padang pasir itu.
Meski demikian, mereka tak bisa sembarangan manggung di tempat umum. Mereka harus puas hanya tampil di tempat-tempat rahasia, jauh dari pengawasan otoritas keagamaan yang ultrakonservatif. Selain itu, foto mereka tak bisa sembarangan nampang di sampul album.
“Di Arab Saudi, itu sebuah tantangan. Mungkin kami gila, tapi kami ingin beda,” kata Lamia, vokalis utama grup musik itu seperti dikutip International Herald Tribune.
Single pertamanya berjudul “Pinocchio” menjadi salah satu hit underground paling top di kalangan penggemar musik metal di Arab Saudi.
Bahkan, telah di-download oleh ratusan muda-mudi Arab Saudi lewat situs pribadinya. Selanjutnya, empat sekawan itu ingin lebih mematangkan karakter bermusiknya lewat peningkatan frekuensi manggung. Tentu saja di tempat rahasia sambil merampungkan album.
Pinocchio adalah aspirasi yang menyuarakan kesenjangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Di negara yang tak mengizinkan perempuan mengemudi ataupun tampil di depan publik tanpa penutup wajah itu, menjadikan band ini terasa berbeda. Apalagi dinyanyikan oleh perempuan dengan aliran yang tak lazim.
Band ini terbentuk tiga tahun silam. Digawangi empat dara muda yang masih kuliah. Masing-masing Dina dan adiknya, Dareen --yang kala itu baru berusia 19 tahun-- berposisi sebagai pembetot bas. Lantas, Lamia dan Amjad di posisi sebagai pemain keyboard.
Mereka latihan setiap akhir pekan. Kadang kala, saudara lelaki Dina yang lebih muda diplot sementara sebagai penabuh drum. Awal November, Dina --mahasiswa King Abdulaziz University-- mulai menulis lirik lagu berdasarkan salah satu lukisan paling favoritnya, “The Accolade” karya Edmund Blair Leighton.
Lukisan yang menggambarkan perempuan bangsawan berambut panjang memberi gelar kehormatan kepada prajurit muda dengan sebuah pedang. “Saya suka lukisan itu karena menampilkan perempuan yang merasa puas terhadap pria,” katanya.
Di Arab Saudi, rock and roll dianggap sama dengan kebiasaan jahiliah. Era kemerosotan moral. Sebabnya, citra buruk yang dicontohkan grup musik rock dari Barat. Imejnya seperti setanisme atau mistis. Bila ada yang ketahuan seperti ini, bisa masuk penjara dengan tuduhan praktik ilmu hitam atau guna-guna.
Namun beberapa tahun terakhir, dengan penjagaan polisi agama, band-band sudah diperbolehkan tampil di depan umum, semacam konser. Ada beberapa band malah telah rekaman album.
“Yang kami lakukan bukan kesalahan. Ini seni, dan kami melakukannya di jalur yang benar,” tukas Dina. Dia juga tak mau melanggar tradisi jika grup band-nya bergerak terlalu nekat melangkahi tradisi.
“Kami menghormati tradisi kami,” sambungnya. Kelompok musik “the Accolade” ini berkeinginan besar suatu saat dapat konser di depan penonton yang membeludak. Tempat yang jadi cita-cita itu adalah di Dubai.“Penting bagi mereka mengetahui bagaimana sebenarnya kemampuan kami,” kata Dina.
Mereka telah memulai perlahan. Sekarang mereka sudah sering tampil, meski hanya di depan penonton sesama jenis. Mereka tak mendapat halangan apapun dari orangtua. “Kami hanya diminta menjaga harapan mereka meskipun kecil,” kata Lamia.
Kamis, 27 November 2008
Musik Rock Menghentak Arab Saudi
Diposting oleh MAMET BLOG di 00.06
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar